PILEG VERSUS JABATAN, MONEY
M
|
asih
hangat dalam Ingatan Kita, tanggal 9 April lalu adalah pesta demokrasi
indoneisa. Ajang mencari figur wakil
rakyat, dari pusat hingga di
kabupaten/kota. Berbagai gerakan dilaksanakan dengan tujuan menyedot perhatian masyarakat.
Tak ketinggalan pula para elit politik ikut berpartisipasi memberikan dukungan
kepada para calegnya dengan harapan
memenangkan atau mempertahankan eksistensi Partai Politik di lembaga Parlemen.
Money Politik. FOTO:Ils |
Berbagai
cara digunakan untuk memenangkannya, bahkan harta dan benda bahkan terkesan
dijual-belikan. Tidak hanya itu, beberapa daerah kabupaten/kota para pejabat
politik perjual-belikan/menawarkan jabatan kepada kelompok yang tidak memiliki jabatan eselon
dilingkungan pemerintah. Adalah suatu adegium klasik dalam percaturan politik.
Kekwatirannya
adalah dampak yang muncul lantaran eksen politik dipentas politik, selama kurang lebih 2 minggu terakhir itu.
Kita belajar beberapa pengalaman ketika kabupaten Deiyai sebelum di mekarkan,
tepat pemilu (pileg) periode lalu. Banyak istri diceraikan, hubungan social
yang erat menjadi retak, utang-piutang saling menuntut, tanah yang dihuni
saling gugat mengugat.
Ada
beberapa catatan adat yang mestinya tidak boleh dilanggar, sudah tersingkir.
Inilah kondisi yang kini terlihat di beberapa wilayah termasuk Kabupaten
Deiyai. Pergeseran nilai-nilai social
terus berjalan, nilai manusia bisa ditukar dengan uang, nilai manusia disamakan
dengan nilai sebuah kursi di lembaga parlemen. Berikut ini catatan buram sejak
tanggal 7-15 April lalu….
Rumah
saya dipinggir jalan raya. Setiap hari kendaraan terlihat bagaikan kota besar,
ramainya kendaraan yang berkaca gelap memancing perhatian warga setempat
sepanjang jalan (Gakokebo-Tenedagi-Debey). Biasanya setiap hari lintas Enarotali-Tigi
Barat hanya beberapa kendaran yang mondar-mandir mencari penumpang. Tak heran para caleg
berkeliling mencari suara. Hamper warga yang berdiri disepanjang jalan mendapat
sapaan, bahkan di kasih rokok dan uang, diamplopkan dengan triker. tidak hanya
itu, nomor handpond pun diberikan, dengan pesan “jika ada suara sisa tolong
kontak saya,”. Inilah kenyataan yang didapatkan selama pileg berlangsung.
Memang
aneh bagi perhati politik ataupun kalangan perhati kemasyarakatan yang lain,
namun bagi kalangan elit politik ataupun pelaku politik hal itu wajar dan harus
dilakukan guna memperoleh kemenangan dalam bursa pileg itu. Dalam tulisan ini
saya tidak menguraikan lebar panjang akan tetapi sebatas memperjelas atas
kalimat-kalimat sepanggal yang berkembang di beberapa grooub tanpa menjelaskan
secara detail. Semoga bermanfaat bagi kita semua…..*******
Category: OPINI, TIGIDOUTOU
0 komentar